Minggu, 29 Oktober 2017

tempat wisata di tanah toraja

10 Tempat Wisata di Tana Toraja Ini Bikin Makin Cinta Indonesia

tempat-wisata-di-tana-toraja
Elena Mirage / Shutterstock.com
Travel Blog Reservasi – Toraja atau yang dikenal juga dengan Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Keeksotisan wilayah dan budaya yang dimiliki Tana Toraja membuat nama Tana Toraja telah bergaung sampai ke kancah internasional.
Tana Toraja terkenal dengan masyarakatnya yang memiliki kepercayaan, aturan, serta ritual tradisi yang cukup ketat. Menurut mitos yang telah diceritakan secara turun-temurun, nenek moyang asli masyarakat Toraja dipercaya berasal dari surga dan turun langsung ke bumi dengan menggunakan tangga. Tangga inilah yang kemudian berfungsi sebagai media komunikasi antara nenek moyang dengan Puang Matua (Tuhan dalam kepercayaan masyarakat Toraja).
Baca juga
10 Destinasi Wisata di Toraja Ini Bikin Makin Cinta Indonesia
Catat 12 Festival Budaya di Indonesia Tahun 2017
Air Terjun Tama’lulua yang Indah dan Teristimewa dari Jeneponto
Sebagai bentuk pelestarian tradisi dan penghormatan terhadap nenek moyangnya, masyakarat Tana Toraja memiliki beberapa upacara dan ritual adat yang masih dipertahankan dan rutin diselenggarakan hingga kini. Upacara adat tersebut di antaranya yang paling terkenal adalah Tradisi Ma’nene. Selain itu, Tana Toraja juga memiliki bangunan adat yang disucikan dan kerap digunakan untuk pelaksanaan upacara tertentu seperti Kete Ketsu dan Museum Ne’ Gandeng.
Untuk menuju Tana Toraja, diperlukan waktu kurang lebih sekitar 8 jam dari Kota Makassar melalui jalur darat. Anda dapat membeli tiket pesawat langsung menuju Kota Makassar dengan tujuan pendaratan di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Dari bandara, Anda bisa naik DAMRI untuk menuju terminal bus setempat yang menyediakan jalur menuju Tana Toraja.
Biasanya, para wisatawan baik wisatawan lokal maupun mancanegara mengunjungi Tana Toraja sekitar bulan Desember. Pasalnya, pada bulan Desember, di Tana Toraja banyak digelar berbagai festival pertunjukan budaya, upacara adat, serta tur wisata.
Pastikan 30 hari sebelumnya Anda sering memantu situs Reservasi.com untuk mendapatkan tiket murah pesawat terbang ke Toraja.
Nah, penasaran dengan keeksotisan budaya, adat, dan tradisi di Tana Toraja yang telah mendunia? Berikut ini akan diulas 10 destinasi wisata di Tana Toraja yang akan membuat Anda makin cinta Indonesia. Simak, ya!

1. Tradisi Ma’nene

Muslianshah Masrie / Shutterstock.com
Muslianshah Masrie / Shutterstock.com
Salah satu tradisi khas Tana Toraja yang telah menjadi destinasi wisata tradisi populer bagi turis lokal maupun mancanegara adalah tradisi Ma’nene. Tradisi Ma’nene merupakan tradisi mengenang leluhur dengan cara membersihkan dan menggantikan baju mayat para leluhur masyarakat Tana Toraja. Tradisi ini secara khusus dilakukan oleh masyarakat Baruppu yang tinggal di pedalaman Toraja Utara.
Bagi masyarakat di wilayah Baruppu, mayat atau jenazah kerabat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari anggota keluarga yang masih hidup. Selain itu, Masyarakat Baruppu memiliki kepercayaan bahwa meskipun secara jasad telah meninggal, arwah para leluhur tetap “hidup” dan mengawasi keturunannya dari alam lain.
Baca juga Catat 12 Festival Budaya di Indonesia Tahun 2017
Oleh karena itu, setiap 3 tahun sekali atau sekitar bulan Agustus saat telah lewat masa panen, dilakukan “pembersihan” terhadap mayat atau jenazah kerabat mereka. Caranya adalah dengan mengeluarkan “mumi” jenazah dari dalam peti untuk dibersihkan dan digantikan pakaiannya dengan pakaian yang baru. Tidak hanya dipakaikan pakaian baru, mayat para leluhur ini juga didandani dengan rapi selayaknya orang yang akan menghadiri sebuah pesta.
Peti berisi jenazah para leluhur ini dikeluarkan dari dalam liang gunung batu. Kemudian, jenazah leluhur yang berada di dalam peti juga dikeluarkan sambil diiringi dengan pembacaan doa-doa dalam bahasa Toraja Kuno. Setelah dikeluarkan, mayat tersebut diangkat dan dibersihkan mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan kain bersih.
Setelah dibersihkan, mayat tersebut didandani, dipakaikan baju baru, lalu didirikan. Keluarga mayat tersebut biasanya memangku, mendirikan, dan menjaga mayat agar tidak menyentuh dasar tanah karena hal itu merupakan pantangan dalam tradisi ini.
Uniknya, mayat para leluhur masyarakat Toraja ini bisa berdiri dengan tegak dan berjalan layaknya masih hidup, lho. Hal tersebut diyakini bisa terjadi karena doa-doa dan mantra-mantra yang dipanjatkan para tetua dan pemimpin tradisi sebelum tradisi dimulai.
Jangan coba-coba menyentuh mayat yang sedang berdiri atau berjalan. Jika mayat yang sedang berdiri atau berjalan ini terkena sentuhan, efek mantra atau hipnotisnya akan hilang dan mayat tersebut akan terjatuh. Selain itu, orang yang menyentuh mayat tersebut hingga jatuh adalah orang yang wajib membangunkan mayat itu kembali ke posisi semula. Para wisatawan yang hadir dalam tradisi ini biasanya akan diingatkan secara keras oleh para tetua adat yang memimpin tradisi ini.
Lalu, ke manakah mayat-mayat ini berjalan? Masyarakat Tana Toraja percaya bahwa mayat-mayat leluhur ini akan berjalan pulang ke rumahnya masing-masing. Ketika sampai di rumah, mayat-mayat ini akan berbaring seperti sedia kala.
Untuk budaya unik yang satu ini, kita patut berbangga. Pasalnya, kebanyakan wisatawan mancanegara sangat tertarik untuk melihat tradisi “mumi” yang seringkali dianggap mustahil ini. Konon katanya, seperti melihat serial The Walking Dead di dunia nyata!
Jika ingin melihat langsung tradisi ini, pastikan Anda datang ke Tana Toraja sekitar bulan Juli—Agustus. Anda juga disarankan untuk melakukan persiapan dengan matang salah satunya adalah tiket pesawat. Pesan tiket pesawat menuju Kota Makassar dari jauh-jauh hari agar Anda mendapatkan harga tiket murah. Pesan tiket di sini.

2. Upacara Rambu Solo

Muslianshah Masrie / Shutterstock.com
Muslianshah Masrie / Shutterstock.com
Destinasi wisata tradisi lainnya yang tidak kalah populer di Tana Toraja adalah Upacara Rambu Solo. Jika tradisi Ma’nene merupakan ritual “pembersihan” jenazah para leluhur, lain halnya dengan Upacara Rambu Solo yang merupakan ritual penguburan khusus bagi orang-orang yang telah meninggal.
Tana Toraja memang terkenal sebagai salah satu daerah di Indonesia yang masih memiliki kepercayaan kuat terhadap hal-hal gaib dan mistis. Oleh karena itu, masyarakat Tana Toraja memiliki banyak kebudayaan dan tradisi yang berkaitan dengan mayat, arwah, atau hal-hal mistis lainnya. Hal inilah yang kemudian menjadi daya tarik bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi Tana Toraja.
Baca juga 3 Perayaan Festival Indonesia
Bagi masyarakat Tana Toraja, orang-orang yang telah meninggal dianggap seperti orang yang sedang sakit. Atas dasar kepercayaan tersebut, mereka yang telah meninggal masih terus dirawat dan diperlakukan layaknya orang yang hidup salah satunya dengan disediakan makanan dan minuman, rokok, sirih, dan beragam sesajen lainnya.
Masyarakat Tana Toraja memiliki kepercayaan bahwa orang yang telah meninggal harus diberikan upacara penguburan yang layak dengan aturan-aturan tertentu. Tanpa dilakukannya upacara penguburan Rambu Solo, konon arwah orang yang meninggal tersebut akan memberikan bencana dan kemalangan bagi orang atau kerabat yang ditinggalkannya.
Upacara Rambu Solo merupakan upacara penguburan yang terdiri atas rangkaian kegiatan yang cukup banyak, membutuhkan biaya yang besar, serta persiapan yang berbulan-bulan lamanya. Selama menunggu persiapan upacara ini, jenazah orang yang telah meninggal tidak dikuburkan melainkan disimpan di rumah leluhur (Tongkonan) dengan dibungkus kain terlebih dahulu.
Salah satu ciri khas dari upacara ini adalah adanya kegiatan wajib memotong kerbau dan babi dengan jumlah yang ditentukan tetua adat. Biasanya, semakin kaya dan tinggi pangkat seseorang di Toraja, biaya upacara pemakaman yang dikeluarkan pun akan semakin mahal.
Jika orang yang meninggal berasal dari kalangan bangsawan, keluarga bangsawan tersebut harus mengadakan upacara Rambu Solo dengan memotong kerbau dan babi sekitar 24 sampai dengan 100 ekor. Satu di antara sekian jumlah kerbau tersebut harus merupakan kerbau belang yang terkenal memiliki harga sangat fantastis sekitar 500 juta hingga 1 miliar.
Hal yang unik sekaligus menegangkan dari upacara ini adalah kerbau-kerbau yang menjadi kurban tersebut tidak dipotong selayaknya hewan ternak, melainkan dipotong dengan satu kali tebasan sebilah parang tajam pada lehernya. Kerbau pun akan langsung mati terkapar sesaat setelah tebasan parang itu.
Mengapa harus kerbau? Masyarakat Tana Toraja memiliki kepercaaan bahwa arwah dari orang yang telah meninggal membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanan menuju Puya atau alam akhirat. Semakin banyak kerbau yang disembelih, semakin cepat juga arwah tersebut akan sampai ke Puya.
Upacara Rambu Solo biasanya berlangsung selama berhari-hari sekitar 2—3 hari dan dimulai pada saat siang hari. Untuk kalangan bangsawan, biasanya upacara ini berlangsung hampir 2 minggu lamanya. Kegiatan lain dalam upacara ini selain pemotongan kerbau adalah menyiapkan kuburan bagi jenazah yang akan dikuburkan.
Kuburan tersebut dibuat di bagian atas tebing bukit batu yang tinggi. Masyarakat Tana Toraja percaya bahwa semakin tinggi jenazah diletakkan, akan semakin cepat juga arwah jenazah tersebut sampai ke surga atau nirwana.
Upacara ini juga dilengkapi dengan iringan musik, nyanyian, lagu-lagu, puisi, dan lain sebagainya. Selama upacara berlangsung, jenazah orang yang telah meninggal tetap disimpan di rumah leluhur (Tongkonan). Arwah jenazah ini dipercaya masih berada di desa atau di sekitar tempat tinggalnya sampai upacara selesai. Setelah upacara selesai, jenazah baru akan dikuburkan di kuburan yang telah dipersiapkan. Saat itulah masyarakat Tana Toraja percaya bahwa arwah dari jenazah tersebut akan memulai perjalanan menuju Puya.
Bagi Anda yang ingin menyaksikan langsung upacara ini, Anda disarankan untuk menghubungi travel agent yang menyediakan wisata ke Toraja dengan daftar Upacara Rambu Solo sebagai salah satu destinasinya. Pasalnya, upacara ini tidak berlangsung dalam kurun waktu yang rutin, melainkan baru diadakan ketika ada salah satu warga Toraja yang meninggal. Biasanya, travel agent memiliki link khusus yang akan memberikan informasi kapan upacara Rambu Solo di Tana Toraja diselenggarakan.
Jika Anda tidak ingin menggunakan travel agent, silakan berpergian ke Tana Toraja ala backpacker-an. Naluri atau instinct Anda diperlukan di sini. Jika beruntung, Anda akan sampai ke Tana Toraja tepat saat upacara Rambu Solo berlangsung. Selamat mencoba! Jangan lupa, pesan tiket pesawat murah ke Toraja di sini.

3. Kete Kesu

Kete Kesu Toraja
Beralih dari destinasi wisata tradisi, Tana Toraja juga memiliki destinasi wisata alam yang tidak kalah uniknya yaitu Kete Kesu. Kete Kesu merupakan kawasan desa wisata di Kabupaten Toraja Utara yang terletak sekitar 4 km di sebelah tenggara Ratenpao.
Desa yang telah menjadi objek wisata ini berada di kawasan perbukitan serta persawahan sehingga pemandangan alam yang dihadirkan pun sangat hijau dan asri. Di Desa Kete Kesu terdapat sebuah kompleks rumah adat Toraja yang disebut Tongkonan. Tongkonan inilah yang seringkali menjadi tempat penyimpanan sementara bagi jenazah yang telah dibungkus kain sebelum dikuburkan.
Selain itu, di bagian atas tebing bukit Kete Kesu, terdapat kuburan batu yang merupakan peninggalan purbakala yang diperkirakan telah berusia ratusan tahun. Di Toraja, peti mati tempat menyimpan jenazah biasanya diletakkan di gua-gua batu tertentu tanpa dikubur di dalam tanah. Oleh karena itu, tak jarang juga peti mati juga sekaligus dianggap sebagai makam.
Di tebing paling atas, terdapat kuburan batu sekaligus peti mati yang menyerupai perahu. Di kuburan berupa perahu ini terdapat tengkorak-tengkorak dan tulang-tulang manusia yang telah meninggal puluhan hingga ratusan tahun lalu. Di beberapa titik tebing, terdapat juga aneka sesajen yang terdiri atas rokok dan berbagai makanan serta minuman. Konon, sesajen yang disajikan di kuburan-kuburan ini berisi kudapan yang disukai oleh orang yang telah meninggal tersebut semasa hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar